Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2014

Nostalgia dan Muhasabah

Beberapa hari lagi 2014 akan habis dan tergantikan 2015.    Tentu saja dengan menyisakan sepenggal kisah yang werno-werno . Bahwa di tahun   ini saya mengalami loncatan pemikiran yang begitu dahsyat, kehidupan kampus yang sering didramatisir dan kejadian-kejadian yang membuat sesak pikir. Dunia kampus tidak segampang di layar tancap.   Adakalanya benar. Tapi ya sudahlah, ini kenyataan yang harus di hadapi oleh calon-calon agent of apalah itu sebelum terjun ke masyarakat. Tapi disini saya tidak akan membahas kenyesekan-kenyesekan itu. Akhir tahun ini saya ingin bernostalgia dan muhasabah saja    Saya jadi teringat semasa sekolah dasar. Di madrasah yang tidak begitu besar itu saya menuntut ilmu, belajar menulis dan membaca sampai   diceramahi tentang matematika dan agama. Saya harus bangga sekolah di madrasah, pertama karena biayanya lebih murah saat itu, kedua karena saya pintar.   Setiap pembagian raport, rangking saya tidak perna...

UGM, Malioboro dan Masha

Kebersamaan dan keberadaan teman yang selo, kurang pegawean dan punya energi iseng yang melimpah-ruah adalah alasan untuk tetap hidup. (Arman Dhani)   Setelah membantu menyopot bendera dan umbul-umbul di depan SMP M 2 Yogyakarta, jiwa petualang kami muncul. Saya, Toni, dan Abdur yang tergabung dalam ‘Trio Kepret’ yang entah atas usul dari siapa sudah berjalan menuju jalan besar. Jalan kaki. Bisa saja pakai motor sih, tapi demi melindungi bumi dari global warming karena asap kendaraan serta melakukan suksesi go green, jalan kaki merupakan hal yang solutif.  Niat pertama mau masuk ke Taman Makam Pahlawan. Foto selfie bertiga dengan background salah satu nisan pahlawan indonesia. Keren bukan? Keren mbahmu. Ziarah untuk mengenang perjuangan para pahlawan yang dengan gigih memperjuangkan Indonesia tentu lebih relevan dibanding jeprat-jepret tanpa esensi, apalagi dengan gayamu yang sok imut itu. Semangat para pahlawan harus kita internalisasikan dalam ...

Rumah Kita

Tulisan ini tidak akan membicarakan tentang rumahku atau rumahmu. Bukan pula tentang cara praktis mendirikan rumah. Apalagi membicarakan rumah susun untuk rakyat pinggiran. Bukan. Ini tentang rumah kita. Entah bagaimana kau mendefinisikan tentang rumah kita. Tapi yang jelas, rumah ini berdiri karena kita ada. Akhir-akhir ini rumah kita terkena isu yang tidak sedap. Banyak yang nggrenengi . Bukan karena sang bapak kepergok mesum dengan istri tetangga. Bukan pula sang ibu yang terlalu pelit mengeluarkan duit untuk anak-anaknya. Anak tertua yang terjerat kasus narkoba juga bukan.  Lantas apa? Ini tentang ruang bernafas yang semakin minim oksigen. Konon rumah ini terlalu sempit. Sementara penghuninya semakin bertambah. Kamar-kamar yang dulunya bisa dibuat tidur dengan posisi seenak dengkul. Sekarang jangankan tidur, n ongkrong   saja susahnya melebihi membuat SIM tanpa nembak . Belum lagi kalau kesrimpet-srimpet yang lain. Bisa lecet-lecet sampai kebawa mimpi. ...