Langsung ke konten utama

Kilas Balik


Salam.

Kalian tau bahwasanya Ramadhan adalah bulan puasa?. Oke bagus.

Seperti prakiraan, penetapan awal Ramadhan tahun ini berbeda. Ada yang puasa hari Sabtu karena menurut perhitungan sudah masuk bulan baru, ada pula yang puasa hari Ahad karena Jumat sore belum terlihat hilal hingga bilangan Sya’ban disempurnakan 30 hari. Aku, setelah mengamati data  dan kursus kilat ketrampilan ilmu astronomi, memutuskan untuk puasa hari Senin.

Apa yang menarik dari Ramadhan? Banyak. Tidak perlu Aku sampaikan disini. Materinya sudah Aku persiapkan untuk jadwal kultum tarawih. Saksikan penampilan saya di masjid-masjid terdekat di kota Anda. Untuk dukungan silakan ketik Reg spasi....halah.

Terdampar di Tirtonadi

Ramadhan selalu menyisakan cerita. Tahun 2012, saat Aku masih unyu-unyunya, Ramadhan menjadi saksi  Aku pernah terdampar di Terminal Tirtonadi, Solo. Saat itu belum kepikiran untuk membuat prasasti kenang-kenangan, sih. Jadi tak ada bukti otentik.Tapi ini beneran. 

Dari Tirtonadi, karena masih dini hari, Aku jalan kaki menuju kampus UMS yang sebenarnya dapat ditempuh lewat Manahan yang lebih dekat, ini malah muter-muter.

Eh maaf, cerita diatas kejadiannya sebelum Ramadhan, ding. Hehe. Kejadian di bulan Ramadhan itu pas dapat undangan wawancara seleksi beasiswa.  

Sesi ini tak ada adegan mbablas sampai Tirtonadi. Kami sepakat untuk tidak jatuh ke lubang yang sama. Bus berhenti—tepatnya kami berhentikan, di pertigaan UMS. 

Kami—Aku dan 3 orang teman yang tanpa persiapan apapun dengan pedenya berjalan menuju tempat informasi, tanya terkait wawancara. Dan jawaban yang luar biasa jebret keluar dari mulut bapak berbaju hitam itu. 

“Wawancaranya diundur 4 hari lagi, Mas.”

Piye jal perasaaanmu?

UNS

UNS. Iya, itu nama kampus di Solo. Setelah mendapat kabar yang kurang sedap itu, aku beserta kawan-kawan seperjuangan menuju ke kampus UNS. Ada seseorang teman disana. Berharap bisa numpang selama masa penantian wawancara. Sekaligus minta petunjuk bagaimana cara bertahan hidup, maksudnya minta arah dimana kami bisa mendapat takjil gratis. Pengiritan. Kalo ada yang gratis ngapain pilih yang bayar?. Ehehehe.

Kami tinggal disebuah ruang dibawah masjid. Katakanlah temanku ini takmir masjid. Karena kami numpang, maka sebagai penumpang yang baik harus menghormati tuan rumah. Tiap malam ikut tadarussan, kadang nyapu, ikut ngepel dan lain sebagainya. Tapi pas disuruh mbantu ngajar TPA, aku mundur. Minder, kita aja gak pernah TPA.  

Kira-kira empat hari kami disana. Kira-kira lho, jumlah pastinya udah lupa.

Wawancara

Ternyata lebih dari 80 orang yang ikut serta dalam wawancara ini. Mereka punya tujuan yang sama: Beasiswa. Kebanyakan dari mereka mengenakan pakaian kebesarannya. Kontras dengan kami yang memakai pakaian kekecilan.

Semua sibuk untuk test, ada yang baca-baca buku tebal, ada yang ngotak-ngatik leptop, ada yang diskusi ringan, ada juga yang duduk diam. Nah, yang terakhir itu Aku. Mau ngapain coba? Buku gak bawa, leptop gak punya, ngobrol juga bingung mau ngobrol apa?.   

Awal masuk ruangan wawancara, yang pertama kali kurasakan adalah: Dingin!. Secara ruang ber-AC Bro.. Tapi ada sedikit aroma-aroma mistis yang mulai bereaksi terhadap tubuhku. Jantung berdegup kencang, tangan gemeteran.

Ada dua test yang harus dilalui, Akademik dan AlK. Semuanya lancar. 

“Nama?” Tanya bapak berambut putih. 
“Muflikhin”
“Asal?”
“Pekalongan.”
“Lulusan apa?”
“SMK, pak”
“Jurusan?”
“Teknik Otomotif.”
“Lho, kog daftarnya tarbiyah?” 
Pengen banget ngejawab “Emang gak boleh?” Tapi gak berani. Takut dosa. Belum lagi kena gampar.
“Iya, pak, pengennya itu.” Cuma itu alasannya.
“Kenapa pilih tarbiyah?”
“Pengen aja, pak. Minatnya disitu.”
“Harusnya kamu daftar di teknik.”
“Nggak, pak, wong pengennya itu kog.”
“Iya pilih yang sesuai jurusan, SMKnya teknik, kuliahnya juga teknik. Tarbiyah... jauh itu nggak ada hubungannya.”
“Nggak apa-apa, pak, pengennya di tarbiyah.”

Tidak sampai 7 menit aku udah keluar. Mungkin pengujinya sudah muak melihat aku di ruangan itu.

Akhirnya.....

Diam adalah emas. Ya, kelihatan kan dari awal yang diam siapa? Yang tidak banyak tingkah siapa? Yang baik hati siapa? Yang tidak sombong siapa? Orang ketika mendapat emas pasti senang, ketika diberi pun tak akan menolak, sama halnya dengan UMS, ada emas yang mnenghampiri pantang untuk ditolak. Aku dinyatakan LOLOS. Yee... #IkiOposih?

Wes ngunu thok.. Lagi ngeblank..

Komentar

Rekomendasi

Tuhan-Tuhan Kecil

Sebagian manusia dengan segala kelebihannya sadar atau tidak menjelma menjadi Tuhan-Tuhan kecil. Mengatur seenak hati, segala omongannya harus dituruti, dan antikritik. Mengklaim apa yang keluar dari mulutnya adalah kebenaran dan harus diyakini,diperhatikan,diamalkan. Tanpa mereka sadar bahwa manusia punya banyak kekurangan. Orang-orang seperti ini selalu mengedepankan ego. Ingin selalu didengarkan, ingin selalu diperhatikan, ingin ditempatkan diposisi tertinggi. Tapi disaat bersamaan mereka menutup telinga dari pembicaraan orang luar, acuh terhadap sekitar dan menginjak-injak harga diri orang lain. Bicara masalah perasaan tapi menyakiti perasaan manusia lainnya. Ada semacam inkonsistensi disini. Mungkin mereka lupa bahwa bukan cuma mereka yang memiliki perasaan. Orang lain juga. Antikritik. Mungkin karena pandangan subyektifnya merasa benar maka segala tindak tanduknya dianggap juga benar. Ketika ada teguran dianggap angin lalu saja. Yang lebih parah adalah ketika dit...

Sore Kala Itu

          Sore mengingatkanmu tentangnya. Dia yang hadir membawa setitik keindahan yang sulit dijelaskan. Keindahan yang tercipta dalam diam. Kalian tidak pernah berbicara, hanya saling lempar senyum saat berpapasan. Bagimu sudah cukup. Maka sore adalah waktu yang tak akan kau lewatkan begitu saja. Kau selalu menyempatkan melewati jalan yang biasa kau lewati. Berharap yang kau cari ada disana. Detak jantungmu meningkat begitu sosoknya mulai terlihat. Kau ingin berbalik dan mengurungkan untuk menyapanya. Tapi itu tak akan kau lakukan. Bagimu beberapa detik di sampingnya—meski hanya sesaat, adalah kebahagian yang barangkali sulit terulang. Kau tak selamanya bisa bertemu dengannya, kan? Langkahmu semakin cepat saat dia semakin dekat. Berharap dia tidak melihat wajahmu yang tetiba malui. Kau ingin situasi ini segera berlalu. Namun di sisi lain kau mengharapkan waktu melambat dan mengabadikan senyummnya yang membuatmu tak bisa terlalu la...

Senandika

Semua yang tertanam masih ada kemungkinan akan tercerabut. Semua yang tersembunyi cepat atau lambat akan terlihat. Maka bukalah topengmu , tampakkan wajahmu dengan percaya dirimu. Hancurkan kesombongan-kesombongan yang menguasai hatimu. Hempaskan dendam setinggi-tingginya kemudian pukullah sekeras-kerasnya sampai ia hilang tertelan bumi.   Runtuhkanlah egomu dan akhiri segala dendam yang selama ini kau tanam. Seperti ranjau yang apabila terinjak akan meledak saat itu juga, aku tak ingin melihat kau terluka berdarah-darah. Kalaupun luka itu ringan, kau pasti tak akan pernah menginjakkan kaki di tempat yang sama—tempat yang di dalamnya memendam senjata mematikan.  Aku melihat semangat yang kau bangun mulai memudar. Terhapus oleh keangkuhan dan keegoisan yang makin menjadi-jadi. Wajah yang penuh amarah menjadi pandangan wajib tatkala kau ‘harus’ bertatap muka dengan manusia-manusia itu. Harusnya kau mampu menahan amarahmu dan memberikan sedikit sunggingan seny...