Langsung ke konten utama

Person Of The Year 2014



Akhir tahun, beberapa media sampai situs-situs web memberikan anugerah atau penghargaan kepada sosok-sosok yang dinilai berpengaruh. Tentu saja dengan kriteria tertentu yang telah digariskan oleh juri.

Tidak dipungkiri dalam hidup ada beberapa orang yang dihadirkan Tuhan untuk  menjadi teman berbagi kesedihan, kesenangan atau sekedar ngrusuhi di setiap cakra manggilingan. Mereka adalah orang-orang terbaik: yang memberikan petuah-petuah gratis, celoteh-celoteh panjang dan sesekali pas lagi baik-baiknya kita bisa dapat traktiran. 

Banyak orang yang saya temui di tahun 2014. Dari sekian banyak saya pilih 3 orang yang saya anggap telah membuat ‘rusuh’  dalam hidup saya.


Peringkat 3 saya pilih Toni. Pria asal Tuban- Jawa Timur ini salah satu dedengkot yang menyesaki griya mahasiswa. Jabatannya tidak main-main, ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa UMS. Selain itu dia aktif di beberapa organisasi mahasiswa. Statusnya sebagai The Last Generation jurusan Perbandingan Agama menjadikannya sebagai mahasiswa yang sangat dibanggakan  dosen, dalam tanda kurung titik dua. 

Popularitasnya jangan ditanya, Toni terkenal hampir di semua fakultas, khususnya mahasiswi. Yah saya harus mengakui, Toni mempunyai kemampuan mbribik  yang diatas rata-rata (Aku jujur lho, Ton). Toni ibarat magnet, setiap cewek yang berada di medannya akan tertarik dan lengket untuk waktu yang agak lama. Untungnya saya cowok tulen.

Dengan kemampuan mbibrik yang militan jangan heran jika sampeyan jalan bareng Toni kemudian banyak cewek-cewek teriak “Mas Toni. Mas Toni...”  dan jangan kaget bila dibarengi dengan celetukkan“Fotokopi buram,Mas, 50 rangkap, bolak-balik diperkecil, gak pake lama. Iyak, kangmas satu ini salah satu partner saya dalam berkarir di bursa fotokopian (gayamuuuu).

Toni sangat mencintai Cristiano Ronaldo, tapi saya haqqul yakin kalau dia masih doyan gadis-gadis sih. Supporter militan Real Madrid. Saking militannya pernah suatu saat jagoannya dibantai habis-habisan, karena kesalnya remot tivi dibanting-banting dan layar tivi menjadi sasaran pisuhannya. Layar tivi kog dipisuhi, kejiwaanmu lho,Ton (hehe).

Overall, Toni pantas untuk dijadikan suami (Yaiyalah secara dia cowok). 


Andai saja Ghafur agak kurusan mungkin bisa saya tempatkan di peringkat pertama tapi karena.. ah sudahlah. Dia dari Pamekasan Jawa Timur. Jika Toni punya sense of mbribik yang mumpuni maka Ghafur punya kelihaian untuk mbulet dalam pembicaraan. Kemampuan retorikanya joss (akan lebih nikmat jika dipadukan dengan es dan susu). Mahasiswa Fakultas Hukum memang harus lancar beretorika agar tidak belibet ngomong pasal-pasal. 

Sampeyan akan terkesima kalau melihat Ghafur bicara. Intonasi, nada dan diksi yang melangit cukup membuat sampeyan manggut-manggut. Percayalah, jika saja dia anaknya Jokowi pasti akan diangkat menjadi Juru Bicara Kepresidenan. Sayangnya dia hanya pria Madura biasa. Tapi kan semua yang luar biasa berawal dari yang biasa-biasa saja, iya toh?

Selain clurit, Ghafur merupakan fenomena yang lain dari madura. Kog ya ternyata daerah pesisir bisa memunculkan orang secanggih dia. Di lain sisi bisa terlihat sebagai orang yang sangat relijius, ngalor –ngidul memperbincangkan perjanjian lama dan perjanjian baru, di lain kesempatan bisa menjadi orang yang gendhengnya tidak ketulungan, di lain hari bisa menjadi manusia sok imut dan sok kiyut. (Maafkan saya jika terlalu jujur lho, Mas. Sebab jujur harus ditegakkan meskipun pait)

Saya cukup kesulitan dalam menggambarkan sosok Ghafur. Mungkin saking cerdasnya dia saya jadi grogi dan kehilangan kata-kata. Tapi gendut, lomaloeh dan longor saya rasa cukup komplit untuk menceritakkan dirinya. Ringkas dan tidak berbelit-belit.

Hidup Madura!!


Bukan bukan, Abdur disini bukan yang komika itu. Abdur yang ini tercatat sebagai Mahasiswa PGSD UMS angkatan 2012. Lahir di Boyolali, sekolah di Boyolali dan kuliah di Logistik HW UMS. Dari ketiganya Abdur mungkin yang paling rajin kuliah, berbanding lurus dengan IPnya yang stagnan di kisaran tiga koma.

Pertimbangan lain karena Abdur merupakan penerus saya sebagai pionir di salah satu organisasi. Karena penerus saya, bagaimanapun kurang ajarnya dia, saya harus tetap  membanggakannya, iya toh? (traktiran lho, Dur)

Sosok ini terbilang kontrovesial. Terakhir dia membuat geger penghuni griya mahasiswa dengan kasus ‘penggelapan motor’. Untungnya detektif amatiran bisa memecahkan kasus yang bisa membuat jantung berdangdut ria. Pada intinya, motornya Abdur tidak hilang tapi tertukar dengan kepunyaan Pak Satpam (kebetulan motornya sama). Nah loh kog bisa? Kapan-kapan saja saya ceritakan. 

Jika Toni ibarat magnet, maka Abdur adalah listrik. Listrik kalo digunakan dengan semestinya akan sangat berguna, tapi kalo disalahgunakan bisa membuat efek yang tidak main-main. Jadi hati-hati buat para ukhti yang mempunyai karakteristik konduktor.
 
Selamat berjuang, Dur…

Komentar

Rekomendasi

Tuhan-Tuhan Kecil

Sebagian manusia dengan segala kelebihannya sadar atau tidak menjelma menjadi Tuhan-Tuhan kecil. Mengatur seenak hati, segala omongannya harus dituruti, dan antikritik. Mengklaim apa yang keluar dari mulutnya adalah kebenaran dan harus diyakini,diperhatikan,diamalkan. Tanpa mereka sadar bahwa manusia punya banyak kekurangan. Orang-orang seperti ini selalu mengedepankan ego. Ingin selalu didengarkan, ingin selalu diperhatikan, ingin ditempatkan diposisi tertinggi. Tapi disaat bersamaan mereka menutup telinga dari pembicaraan orang luar, acuh terhadap sekitar dan menginjak-injak harga diri orang lain. Bicara masalah perasaan tapi menyakiti perasaan manusia lainnya. Ada semacam inkonsistensi disini. Mungkin mereka lupa bahwa bukan cuma mereka yang memiliki perasaan. Orang lain juga. Antikritik. Mungkin karena pandangan subyektifnya merasa benar maka segala tindak tanduknya dianggap juga benar. Ketika ada teguran dianggap angin lalu saja. Yang lebih parah adalah ketika dit...

Sore Kala Itu

          Sore mengingatkanmu tentangnya. Dia yang hadir membawa setitik keindahan yang sulit dijelaskan. Keindahan yang tercipta dalam diam. Kalian tidak pernah berbicara, hanya saling lempar senyum saat berpapasan. Bagimu sudah cukup. Maka sore adalah waktu yang tak akan kau lewatkan begitu saja. Kau selalu menyempatkan melewati jalan yang biasa kau lewati. Berharap yang kau cari ada disana. Detak jantungmu meningkat begitu sosoknya mulai terlihat. Kau ingin berbalik dan mengurungkan untuk menyapanya. Tapi itu tak akan kau lakukan. Bagimu beberapa detik di sampingnya—meski hanya sesaat, adalah kebahagian yang barangkali sulit terulang. Kau tak selamanya bisa bertemu dengannya, kan? Langkahmu semakin cepat saat dia semakin dekat. Berharap dia tidak melihat wajahmu yang tetiba malui. Kau ingin situasi ini segera berlalu. Namun di sisi lain kau mengharapkan waktu melambat dan mengabadikan senyummnya yang membuatmu tak bisa terlalu la...

Senandika

Semua yang tertanam masih ada kemungkinan akan tercerabut. Semua yang tersembunyi cepat atau lambat akan terlihat. Maka bukalah topengmu , tampakkan wajahmu dengan percaya dirimu. Hancurkan kesombongan-kesombongan yang menguasai hatimu. Hempaskan dendam setinggi-tingginya kemudian pukullah sekeras-kerasnya sampai ia hilang tertelan bumi.   Runtuhkanlah egomu dan akhiri segala dendam yang selama ini kau tanam. Seperti ranjau yang apabila terinjak akan meledak saat itu juga, aku tak ingin melihat kau terluka berdarah-darah. Kalaupun luka itu ringan, kau pasti tak akan pernah menginjakkan kaki di tempat yang sama—tempat yang di dalamnya memendam senjata mematikan.  Aku melihat semangat yang kau bangun mulai memudar. Terhapus oleh keangkuhan dan keegoisan yang makin menjadi-jadi. Wajah yang penuh amarah menjadi pandangan wajib tatkala kau ‘harus’ bertatap muka dengan manusia-manusia itu. Harusnya kau mampu menahan amarahmu dan memberikan sedikit sunggingan seny...